Resiko Pada File Sharing

Teknologi file sharing merupakan media yang populer digunakan pengguna komputer untuk saling bertukar atau berbagi file dengan orang lain. Melalui file sharing peer-to-peer (P2P), pengguna komputer dengan mudah dapat berbagi file musik, gambar, dokumen ataupun program software melalui internet.

Di lain sisi, teknologi ini membuat komputer rentan terkena beberapa ancaman seperti ancaman infeksi virus ketika mendownload file, hacking, atau terbukanya privasi data pribadi. Adalah langkah yang bijak jika kita mengetahui apa saja resiko yang dihadapi pengguna komputer bila melakukan file sharing:

1. Tertular program jahat

File-file yang di-share bisa saja mengandung virus, spyware dan program jahat lainnya. Sebuah file yang kelihatannya legal (resmi) juga bisa saja merupakan jelmaan sebuah virus yang berpura-pura menyamar. Kalau Anda menggunakan aplikasi P2P, besar kemungkinan akan sulit untuk memastikan bahwa sumber file dapat dipercaya. Ketahuilah bahwa aplikasi file sharing sering digunakan oleh penyerang (hacker) untuk mengirimkan program berbahaya. Caranya dengan menyusupkan spyware, virus, trojan, atau worm ke dalam file. Nah, bila Anda tidak hati-hati men-download file, maka komputer dapat terinfeksi.

2. Ancaman privasi

Dengan menggunakan aplikasi P2P, ini berarti Anda memberikan akses informasi pribadi kepada user lain. Kalau sampai data finansial, dokumen pribadi, informasi perusahaan yang penting, atau informasi personal lainnya terlacak oleh orang yang tidak bertanggung jawab, maka akan sulit mendeteksi berapa banyak orang yang sudah mengakses privasi Anda.

3. Hacking

Ada beberapa aplikasi P2P yang meminta user untuk membuka port-port tertentu pada firewall agar file bisa ditransmisikan. Membuka beberapa port ini tentu saja memungkinkan penyerang memasuki komputer atau menyerang komputer dengan memanfaatkan celah yang ada pada aplikasi P2P.

4. Tuntutan

File yang di-share lewat aplikasi P2P mungkin saja ada yang berupa software bajakan, material ber-copyright, atau pornografi. Jika Anda tidak teliti men-download file, maka Anda bisa berhadapan dengan ancaman denda atau tindakan hukum lainnya. Untuk itu pahami dan bedakan antara material publik dan copyright sebelum melakukan file sharing. Lakukanlah file sharing secara bertanggung jawab.

Untuk meminimasi resiko ancaman keamanan file sharing, lakukan langkah-langkah berikut ini:
  1. Aktifkan firewall karena firewall dapat memblok trafik yang mencurigakan sebelum dapat memasuki komputer.
  2. Update sistem operasi dan software lainnya secara rutin dengan patch terbaru.
  3. Install software antivirus dan update secara rutin.
  4. Install software antispyware dan update secara rutin.
  5. Jangan pernah berasumsi bahwa dengan menggunakan internet filtering maka Anda terlindungi dari mengakses atau men-download material ilegal atau yang tidak diinginkan. Karena kebanyakan internet filtering tidak bisa memblok P2P file sharing, adalah penting untuk membekali diri dengan informasi file-file sharing yang ilegal.
  6. Curigai semua file sebelum di-download. Scan setiap file sebelum membukanya. Scan pula hardisk Anda secara rutin untuk memastikan komputer bebas dari virus.

Ada Apa dengan 5 Tahun Mendatang?


Dalam 5 tahun ke depan, ponsel akan menjadi alat pembayaran dan jual beli, demikian menurut Vice President Departement Komersial dan Pembayaran Google, Stephanie Tilenius, dalam presentasinya di konferensi Sloan Hi Tech MIT belum lama ini. Saat ini sebanyak 77% populasi dunia menggunakan ponsel, yaitu sekitar 5,3 miliar orang.  Di Amerika sendiri 66% warganya memakai ponsel.

Mereka bukan hanya memakainya, tapi juga cukup aktif dan bergantung pada ponsel. Bahkan 25% menyatakan sampai membawa ponselnya ke kamar mandi. “Di lingkungan saya sendiri 100% tidak bisa lepas dari ponsel,” jelas Tilenius.

“Dalam 5 tahun ke depan, kita akan mengalami di mana orang biasa melakukan transaksi jual beli dan pembayaran melalui ponsel,” tegasnya. Pada 2015 diperkirakan 10% dari pengguna ponsel akan melakukan pembayaran melalui peranti mungilnya itu, dan 2,5 miliar orang sudah berbelanja barang secara digital.

Google sendiri sudah merilis alat pembayaran online bernama Google Wallet yang dapat diaplikasikan secara mobile di ponsel.  Kita bisa langsung melakukan jual beli dan permbayaran cukup dengan memencet tombol ponsel.  Sekarang layanan ini sudah bekerjasama dengan 30 retail, dan akan terus bertambah. Situs social media mereka, Google+ akan mempermudah penggunaan sistem ini, di mana sekali log in di Google+ maka user dapat berbelanja online.

Kelak, semua orang akan memiliki katalog belanja di peranti tabletnya. Berbeda dengan PC atau laptop, tablet sudah berfungsi nyaris sama dengan ponsel, dimana orang selalu membutuhkannya dari pagi hingga malam hari.

Siapa Bilang Media Sosial Gak Ada Privat? Nih.. Ada

Tidak semua orang ingin lingkar pertemanannya di social media sedemikian terbuka. Ada yang melakukan setting private account, baik di Twitter maupun Facebook. Bisa jadi faktor keamanan, atau memang mereka hanya ingin membentuk lingkar sosial tertutup. Ada beberapa aplikasi social media yang memang bersifat privat. Ini cocok bagi Anda yang hanya ingin bersosialisasi dengan lingkar tertentu saja. Apa saja itu?

Berikut ada 5 social media privat yang bisa diikuti:

1. Diaspora

Ini merupakan software berbasis open source yang memungkan user menjadi host dan menjalankan jejaring sosialnya sendiri. Cara bergabungnya sangat simpel, selayaknya join ke social media mainstream yang membutuhkan registrasi username, password, dan email. User juga dapat terkoneksi ke social media lain seperti Twitter, Facebook, dan Tumblr ketika membutuhkan. Tampilan Diaspora mirip dengan Facebook. Di sini user juga dapat membentuk group seperti di Facebook.

2. Sgrouples

Kependekan dari Super Group, Sgrouples lebih dari sekadar social media biasa. Layanan ini menawarkan penyimpanan data cloud dan tool project manajemen yang sangat membantu sebuah kerja tim. Setiap member bisa berbagi file, foto, musik, dan sebagainya. User dapat membentuk banyak group sesuai keperluan, misalnya kelompok kerja, kelompok menekuni hobi, atau sekadar kelompok chat. Member juga punya level berbeda sesuai fungsi dan akses yang bisa diatur oleh pengelolanya.  Tiap member mendapat kapasitas 4GB untuk menyimpan data secara gratis.

3. Path

Social media ini hanya dibatasi hingga 150 teman saja. Alasannya, sebuah studi membuktikan bahwa otak manusia hanya mampu mengelola pertemanan dengan baik paling banyak ke 150 teman dalam sekali waktu . Lebih dari itu tidak terlalu baik. Path merupakan aplikasi mobile, bisa berjalan di iOS dan Android.

4. EveryMe

EveryMe adalah kombinasi dari Path dengan fitur Circles di Google+. Layanan ini berangkat dari ide bahwa orang sebaiknya hanya berbagi kisah hidup dengan teman baik dan keluarga saja, bukan orang asing berjumlah ratusan. Sama seperti Sgrouples, EveryMe tidak dilengkapi dengan profil mendetail tentang user. Memang tujuannya sekadar berbagi dengan teman yang sudah kita kenal baik sebelumnya, bukan orang asing.

5. Nextdoor

Ini adalah aplikasi social media yang bertujuan agar user berinteraksi dengan tetangga sebelah rumahnya, sesuai dengan nama aplikasinya. Cara joinnya agak rumit, di mana user harus mengetahui lokasi rumah dan lingkungannya. User akan dimintai verifikasi alamat rumah. Aplikasi ini umendorong user untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekitar lingkungan rumah.

Julukan Baru Pada Google

Google mendapat julukan baru di ranah internet. Selain dikenal sebagai raksasa mesin pencari, Google kini juga dijuluki sebagai ‘raja malware’. Malware atau program jahat yang berasal dari hasil pencarian Google ternyata dua kali lebih banyak dari yang dimiliki para kompetitornya yaitu Bing, Yahoo dan Twitter.

Barracuda Labs, perusahaan penyedia konten keamanan dan perlindungan data, melakukan penelitian selama dua bulan dengan menganalisa lebih dari 25.000 trending topic dan 5,5 juta hasil pencarian. Tujuannya untuk menganalisis trending topic pada mesin pencari yang populer dan untuk mengidentifikasi jenis topik yang digunakan oleh distributor malware.

Hasilnya, Google dinobatkan sebagai mesin pencari paling populer digunakan oleh para penjahat dunia maya dalam mendistribusikan program jahat. Fakta bahwa Google masih menjadi pemimpin dalam hal pangsa pasar pencarian online, menempatkan raksasa mesin pencari sebagai sasaran yang paling diincar penjahat cyber.

Sekitar 69 persen malware ditemukan dari hasil pencarian Google, disusul Yahoo yang menyimpan sekitar 18 persen malware, Bing (yang memasok hasil pencarian untuk Yahoo) sebanyak 12 persen dan Twitter sebesar satu persen.

Rata-rata waktu untuk sebuah trending topic muncul di salah satu mesin pencari setelah muncul di Twitter sangat bervariasi, yaitu: 1,2 hari untuk Google, 4,3 hari untuk Bing, dan 4,8 hari untuk Yahoo!
Berdasarkan data penelitian, topik paling populer dipilih penjahat cyber adalah pencarian terkait spyware, diikuti oleh berita hiburan, situs hosting, pencarian yang berhubungan dengan P2P dan proxy. Sepuluh besar istilah yang digunakan oleh distributor malware adalah nama pemain NFL, tiga aktris, seorang Playmate Playboy dan seorang mahasiswa yang memalsukan jalan ke Harvard.

Barracuda juga mengungkapkan beberapa data yang menarik tentang Twitter. Berdasarkan analisis dari 25 juta akun yang dijadikan sampel, termasuk akun yang menunjukkan pola perilaku yang tidak teratur, tingkat kejahatan Twitter pada bulan Juni 2010 tercatat sebesar 2,38 persen.

Hanya 29 persen dari pengguna Twitter adalah pengguna Twitter yang sebenarnya, yang berarti aktif berpartisipasi, mem-follow orang lain atau memiliki follower. Secara umum, meningkatnya aktivitas pengguna Twitter menjadi faktor daya tarik bagi penjahat cyber untuk melancarkan serangan.

Memata-matai Para Pengguna Internet, Siapa Mereka?


Tracking atau memata-matai kegiatan pengguna internet selama menggunakan internet bukanlah topik baru lagi. Banyak pengguna internet mengetahui bahwa kegiatan mereka terus diperhatikan oleh perusahaan-perusahaan besar melalui internet. Namun pertanyaannya, bagaimana cara perusahaan tersebut melakukan tracking terhadap pengguna internet?

Sebuah infografis dari Venture Beat menjelaskan cara-cara yan ditempuh oleh beberapa perusahaan besar untuk tracking pengguna. Beberapa cara umum yang dipakai untuk melakukan trackin adalah Cookies, Double Click dan Adsense, Profil Pengguna, Pihak Ketiga (misalnya perusahaan periklanan), Device Tracking Technology, Software Pengenalan Wajah, dan  Permintaan Pencarian (misalnya kata kunci yang dipakai dalam pencarian).

Melalui beberapa cara tersebut perusahaan seperti Google, Apple, Facebook, Yahoo dan Amazon bisa mengoleksi beberapa informasi mengenai pengguna internet. Informasi tersebut adalah iklan yang diklik, browser yang digunakan, informasi spesifik mengenai device yang digunakan, alamat email, scan wajah pengguna, alamat IP, ISP yang digunakan, lokasi pengguna, judul iklan, sistem operasi device yang digunakan, nomor telepon, informasi profil pengguna, permintaan pencarian, data pihak ketiga yang terhubung dengan pengguna, serta waktu dan tanggal.

Google, Yahoo, dan Amazon menggunakan enam metode untuk melakukan tracking pengguna yaitu Cookies, Doble Click dan Adsense, Profil Pengguna, Pihak Ketiga (misalnya perusahaan periklanan), Device Tracking Technology, dan  Permintaan Pencarian. Sementara Facebook dan Apple menggunakan semua cara untuk melakukan tracking pengguna, yaitu Cookies, Doble Click dan Adsense, Profil Pengguna, Pihak Ketiga (misalnya perusahaan periklanan), Device Tracking Technology, Software Pengenalan Wajah, dan  Permintaan Pencarian.

Perlu diingat perusahaan besar tersebut tidak memaksa pengguna menyerahkan data mereka, namun lebih kepada pengguna banyak secara sukarela memberikan data mereka dalam rangka memperoleh layanan dari perusahaan tersebut. Lagi pula hampir tidak ada pengguna yang membaca kebijakan privacy policy yang dicantumkan perusahaan di setiap layanannya karena sangat panjang dan belum tentu semua dimengerti pengguna.

7 Tips Penggunaan Twitter Secara Efektif


Apa yang Anda posting di social media, mencerminkan diri Anda. Demikian juga di Twitter. Namun ada yang tidak kalah penting dari isi twit Anda, yaitu profil diri Anda. Profil diri di twitter disebut dengan Bio, di mana user dapat menyebutkan jati diri dengan cara sesingkat mungkin. Walau pendek dan tak sedetil Facebook, bio, username, dan avatar pada Twitter juga sangat berpengaruh, lho. Sebab semuanya merupakan satu kesatuan yang dapat merepresentasikan diri Anda.

Bagaimana menampilkan jati diri yang menarik di Twitter? Berikut ada 7 tips yang bisa diikuti:

1. Gunakan nama asli

Tidak harus nama lengkap, cukup nama asli, atau ditambahkan dengan inisial kepanjangannya. Nama asli membuat Anda mudah dikenali oleh teman-teman Anda di dunia maya. Untuk teman baru, mereka juga akan mudah mengingat siapa Anda.

2. Pakai foto asli

Twitter adalah media sosial di mana kita terhubung dengan sesama manusia. Maka tampilkanlah wajah asli Anda, bukan hewan kesayangan, tokoh kartun, dan sejenisnya. Tampilkan foto Anda dalam ekspresi ramah.

3. Tulis bio yang positif

Pilihlah, sebagai apa Anda ingin dikenal. Jika dikenal secara profesional, maka tulislah bio yang menyebutkan profesi dan skill Anda, serta lokasi yang tak terlalu detil. Jika ingin dikenal sebagai kenalan baik, tampilkan hobi dan minat Anda.

4. Sertakan URL

Jangan lupa untuk menyertakan link web atau blog yang mewakili diri Anda. Jika tidak punya keduanya, bisa link ke laman LinkedIn Anda.

5. Manfaatkan background unik

Personalisasi laman Twitter Anda dengan membuat background unik yang mewakili diri Anda. Ini biasanya bisa terlihat ketika laman akun Twitter Anda diklik di situs.

6. Sebaiknya jangan protek akun Anda

Di Twitter, ada pilihan untuk memprotek akun. Jika ini dilakukan maka mereka yang bukan follower, tidak bisa melihat isi twit Anda. Kalau Anda memang ber-Twitter-ria untuk menyampaikan opini, ide, dan memperluas pertemanan serta mengembangkan branding, mengapa ini harus dilakukan?

7. Bersabarlah

Ingin buru-buru punya banyak follower? Tidak perlu. Jangan tergoda untuk mengikuti program penambahan follower sebanyak mungkin dan sejenisnya. Biarkan follower Anda bertambah secara natural.

OS Android KitKat

Penantian panjang kehadiran sistem operasi terbaru Android 4.4 KitKat nampaknya akan segera berujung. Lagi-lagi bocoran mengenai tanggal rilis Android teranyar tersebut kembali mengemuka.

Melalui informasi dari situs micro blogging Twitter, akun resmi Android KitKat @KitKat telah mengunggah sebuah foto susunan cokelat KitKat. Susunan cokelat itu bertuliskan "This Is It" dan dilengkapi dengan tulisan "Sometimes you have to look at the signs" di bagian bawah.

Susunan cokelat dalam foto tersebut mengingatkan kita pada judul lagu almarhum Michael Jackson yang kemudian diangkat menjadi film layar lebar pada 28 Oktober 2009. Tidak mengherankan jika sejumah pihak memprediksi Google akan resmi merilis KitKat pada 28 Oktober 2013.

Namun jika dilihat dari jumlah cokelat yang digunakan untuk membuat tulisan tersebut, jumlahnya kurang dari 28 buah atau lebih tepatnya hanya 16 buah. Sehari sebelumnya @KitKat juga pernah mengunggah sebuah foto maskot Android 4.4 sedang menari.

Sebelumnya sempat beredar kabar jika KitKat akan resmi dirilis pada 15 Oktober. Namun ternyata kabar tersebut tidak benar, mengingat hingga kini para pengguna Android belum bisa mencicipi 'manisnya' KitKat di perangkat pintar.

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.