Remaja di negara berkembang lebih menggilai ponsel ketimbang negara
maju. Apa ya artinya? Sudah bukan rahasia bahwa penggunaan ponsel di
kalangan remaja sudah sedemikian menggila. Tapi, apa betul remaja di
negara berkembang lebih gila ponsel ketimbang remaja di negara maju?
“Ada lebih dari 6 miliar pengguna ponsel hari ini. Tapi angka
tersebut akan melebihi jumlah populasi manusia dunia,” demikian menurut
laporan World Bank baru-baru ini. Padahal 12 tahun lalu hanya ada kurang
dari 1 miliar pengguna ponsel di seantero dunia. Kini, tiga per empat
dari seluruh populasi dunia memiliki akses ke ponsel.
Pengguna ponsel di negara berpenghasilan rendah dan menengah telah
mengalami lonjakan lebih dari 1500% sejak tahun 2000 dan 2010. Tentu
saja besar kemungkinan bahwa 1 orang memiliki lebih dari 1 ponsel atau 1
nomor.
Komunikasi suara masih menjadi penggunaan utama berponsel, kemudian
disusul dengan SMS atau pesan teks. Pada tahun 2010 saja, hampir 5
triliun pesan teks terkirim. Layanan ini setidaknya berkontribusi 80%
bagi pendapatan pihak operator, yang setara dengan 106 miliar dolar AS.
Siapakah yang membuat ponsel digilai di negara berkembang? Ternyata
para remaja belia. Di negara berkembang, sebanyak 29% pengguna ponsel
adalah remaja berusia di bawah 15 tahun. Sementara di negara
berpenghasilan tinggi, pengguna ponsel usia belia hanya ada 17% saja.
Fakta ini menunjukkan bahwa negara berkembang telah bertumbuh menjadi
lebih kaya, sehingga lebih banyak orang dapat memiliki ponsel untuk
lebih dari sekadar bertelepon.
Menurut World Bank, ini berarti cukup besar bagi negara-negara
berkembang, sebab dapat menciptakan lebih banyak kesempatan bagi
lapangan kerja dan pendidikan.
Seiring dengan makin banyaknya pengunaan ponsel, maka harga ponsel
pun kian terjangkau. Jumlah jaringan juga berlipat ganda dalam
penyediaan bandwidth setiap 18 bulan, meluas ke area pedesaan. Ini
artinya akses internet lebih banyak, dan aplikasi yang diunduh pun
bertambah. Fakta ini, menurut para studi, mampu memperkuat jumlah
pengguna dan meningkatkan kemampuan ekonomi.
[via Mashable]
0 komentar:
Posting Komentar